Jumat, 27 Juli 2012

nip gauge 1


BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang Masalah

PT. Vonex Indonesia adalah salah satu diantara perusahaan pemintalan benang yang memproduksi benang akrilik, baik serat akrilik 100%, campuran akrilik dengan serat wol, maupun campuran dengan serat yang lainnya. Proses pengolahannya dilakukan dengan dua cara yaitu menngunakan sistem pemintalan kapas (Cotton Spinning Syste) atau dengan sitem pemintalan wol (Worsted Spinning System). Untuk Worsted Spinning System pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan Cotton Spinning System, yang membedakan adalah penggunaan Mesin Gill yang menggantikan fungsi dari Mesin Drawing, Mesin Gill ini terdiri dari lima bagian yaitu Mesin After Gill, Mesin Mixing Gill, Mesin Auto Leveller Gill, Mesin High Speed Gill, dan Mesin Bi Coiler Gill dimana tiap bagian mempunyai fungsi utama yang sama yaitu melakukan kerja meluruskan dan mensejajarkan serat dengan cara peregangan (drafting). Hasil pengolahan ini mempengaruhi mutu sliver yang dihasilkan.
Pada proses pembuatan sliver di Mesin Gill tersebut, salah satu unsur yang menentukan mutunya antara lain rol peregang dan pembebanan. Disini terdapat dua jarak penyetelan yaitu setelan belakang (Back Setting) dan setelan depan (Front Setting). Setelan belakang adalah titik jepit antara rol belakang dengan titik tengah pasangan Faller, sedangkan setelan depan adalah jarak Faller dengan titik jepit rol depan atau yang dikenal dengan Nip Gauge. Pada saat penyusun melakukan kerja praktik lapangan di Departemen Pemintalan Pabrik II PT. Vonex Indonesia, penyusun menemukan bahwa setingan Nip Gauge pada Mesin Gill tidak pernah diubah-ubah walaupun dipakai untuk memproses jenis sliver yang mempunyai komposisi bahan baku yang berbeda-beda. Sedangkan sebenarnya penyesuaian Nip Gauge bias dilakukan antara jarak 27 – 55 mm. Front Setting dalam hal ini jarak Nip Gauge merupakan pengaturan yang paling utama karena menentukan tingkatan dimana serat yang pendek dikendalikan, sehingga konsekuensinya penyesuaian ini memerlukan perhatian yang lebih.
Untuk itulah, mengingat adanya hal diatas dan adanya toleransi dengan Nip Gauge tersebut maka penyusun mengambil judul skripsi


PERBANDINGAN SETTING NIP ROLL PADA MESIN BI COILER GILL TYPE HG-6 JENIS TS 248 TERHADAP MUTU SLIVER YANG DIHASILKAN

1.2       Identifikasi Masalah

Nip Gauge adalah jarak dari titik kontak yaitu titik jepit (Nip Point) antara Front Top Roller dengan Inner Nip Roller (Nip Roller Dalam) terhadap ujung-ujung pin Gill Faller yang terdekat terhadap Inner Nip Roller.
Pada dasarnya penyetelan Nip Gauge bertujuan untuk mengontrol serat-serat yang sedang diregangkan diantara dua pasang rol peregangnya. Disini perlu diperhatikan apabila jarak setingan Nip Gauge dilakukan terlalu pendek atau sebaliknya, akan berpengaruh terhadap kondisi serat yang di prosesnya ataupun terhadap peralatan yang ada utamanya Faller. Jarak nominal Nip Gauge ditunjukan oleh nilai ukur dari pusat Inner Nip Roller.

1.3       Maksud dan Tujuan

Maksud dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh Setting Nip Gauge yang berbeda pada Mesin Bi Coiller Gill type HG – 6 terhadap mutu sliver yang dihasilkan.
Adapun tujuan pengamatan adalah untuk membandingkan mutu sliver mana yang lebih baik. Sehingga dapat diketahui sejauh mana perbedaan dengan mutu sliver standar perusahaan.

1.4       Kerangka Pemikiran

Mesin Gill pada Worsted Spinning System pada dasarnya mempunyai dua fungsi penting yaitu penyisiran serat yang terjadi ketika jarum sisir menembus bahan dan menyisirnya ke depan serta pelurusan serat ketika pasangan rol depan menarik bahan dari jarum-jarum faller.
Perbandingan kecepatan sliver ketika masuk ke rol peregang belakang sampai akhirnya keluar dari rol peregang depan dinamakan draft. Peregangan disini terjadi pada dua daerah yaitu daerah Back Draft yang terjadi antara rol belakang dengan dengan titik tengah daerah pasangan Faller serta daerah Front Draft yang terjadi antara titik jepit pasangan rol depan dengan Faller terdepan dimana terdapatnya setingan Nip Gauge.
Nip gauge harus ditetapkan agar dapat memberikan efek kontrol terhadap Gill Faller. Nip gauge dipengaruhi oleh banyak faktor dan kondisi pemintalan yang tidak sederhana seperti jenis material yang akan diproses, panjang dan komposisi serat-serat, berat produk yang diinginkan, serta kepadatan Faller Pin Wire faller. Jika jarak nip gauge disetel terlalu pendek, lebih banyak Gill Faller yang akan berhubungan sliver yang diproses, akibatnya menimbulkan perlakuan lebih banyak pada sliver yang diproses. Sebaliknya jika nip gauge disetel terlalu lebar, serat-serat pendek dapat berubah menjadi serat-serat yang mengambang atau mengapung sehingga akan terdapat serat yang terambil (flutt) sehingga barang produksi tidak rata. Apabila melihat hal tersebut, dapat diprediksikan hasil pengolahan sliver di Mesin Gill dapat berubah mutunya ketika diproses lebih lanjut di mesin berikutnya. Ini dapat terjadi dikarenakan adanya perlakuan lebih lanjut yang diberikan kepada serat-serat, seperti halnya peregangan yang makin besar seiring dengan mengecilnya bahan yang diproses, secara umum prinsipnya adalah Nip Gauge yang lebih sempit dipakai untuk serat-serat pendek dan Nip Gauge yang lebar untuk barang produksi yang lebih berat.

1.5       Pembatasan Masalah

Dalam melakukan pengujian, penulis membatasi ruang lingkup pengujian sebagai berikut :
1.        Penyetelan hanya dilakukan pada jarak nip gauge 35 dan 40 mm.
2.        Penyusun hanya membahas :
a.        Mutu sliver meliputi berat per satuan panjang dan
b.        ketidakrataan (U%)
3.        Pengamatan hanya dilakukan pada Mesin Bi Coiler Gill HG – 6 merk OKK Type HG-6
4.        Bahan yang di gunakan adalah serat akrilik campuran tipe TS 248

1.6       Metodologi Percobaan

Metode yang dilaksanakan untuk mendapatkan data-data dalam penyusunan ini, yaitu sebagai berikut :
a.        Pengamatan lapangan yang meliputi :
-                Pengamatan Nip Gauge pada Mesin Bi Coiler Gill HG – 6
-                Pengujian berat per satuang panjang (g/m) dan ketidakrataan (u%) sliver.
b.        Diskusi dengan berbagai pihak terkait
c.        Studi pustaka

1.7       Lokasi Pengamatan

Pengamatan dan Pengujian dilakukan pada bagian Departemen Spinning pabrik II PT. Vonex Indonesia yang berlokasi di jalan Rancaekek Km.27 Kabupaten Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar